Monday, June 13, 2011

KOMUNIKASI


KATA PENGANTAR

            Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
            Alhamdulillah, segala puji kita panjatkan kepada Allah SWT karena dengan rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan harapan dan waktu yang telah diberikan. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW, keluarga, dan para sahabatnya.
            Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Irham Amin Sandani, M.Pd selaku dosen Pengantar Manajemen karena sudah memberikan kami kesempatan dan pengarahan untuk menyusun makalah ini. Kami juga menyampaikan terima kasih kepada teman-teman yang ikut membantu kami dalam mencari referensi dalam pembuatan materi makalah ini.
            Kami berharap makalah ini dapat membantu dalam proses pembelajaran pada semester berikutnya dan semoga bermanfaat bagi semua yang membacanya. Kami harapkan pula agar para pembaca memperhatikan celah yang mungkin kurang sempurna dalam makalah ini sehingga kami dapat menyusun kembali yang lebih baik pada makalah berikutnya.





Surabaya, Mei 2011



                                                                                                                         Muli & Sri








DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...................................................................................................    2
Daftar Isi ............................................................................................................     3
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................     4
            I.1 Latar Belakang .................................................................................      4
            I.2 Rumusan Masalah ............................................................................     
            I.3 Tujuan ...............................................................................................   
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................    
            II.1 Pengertian Komunikasi
            II.2 Hambatan Komunikasi
            II.3 Jenis Komunikasi
            II.4 Saluran Komunikasi
            II.5  Pengembangan Keterampilan Komunikasi
BAB III PENUTUP ...........................................................................................    
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................   


















BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

I.2 Rumusan Masalah

I.3 Tujuan


























BAB II
PEMBAHASAN

II.1 Pengertian Komunikasi
            Komunikasi atau communication berasal dari bahasa Latin communis yang berarti sama (common), communico, communicatio, atau communicare yang berarti membuat sama (make to common). Secara sederhana, komunikasi dapat terjadi apabila ada kesamaan antara penyampai pesan dan orang yang menerima pesan.
            Komunikasi adalah kegiatan perilaku atau kegiatan penyampaian pesan atau informasi tentang pikiran atau perasaan (Roben J.G.). Komunikasi adalah pemindahan informasi dan pengertian dari satu orang ke orang lain (Davis, 1981). Komunikasi adalah berusaha untuk mengadakan persamaan dengan orang lain (SchramW.).
            Komunikasi dapat didefinisikan sebagai penyampaian informasi dan pengertian dengan menggunakan tanda-tanda yang sama (Gibson, et.al., 1997:436).
            Ruslan (2002:81) menyatakan bahwa secara garis besar, dalam proses komunikasi harus terdapat unsur-unsur kesamaan makna agar terjadi suatu pertukaran pikiran atau pengertian antara komunikator (penyebar pesan) dan komunikan (penerima pesan).
            Proses komunikasi dapat diartikan sebagai “transfer informasi” atau pesan-pesan (messages) dari pengirim pesan kepada penerima pesan. Proses komunikasi bertujuan untuk mencapai saling pengertian (mutual understanding) antara kedua belah pihak.
            Ruslan (2003:89) mengemukakan pengertian komunikasi menurut Theodorson & Theodorson (1969), bahwa komunikasi adalah kegiatan transmisi informasi, ide-ide, sikap, atau pernyataan emosional dari satu orang atau kelompok kepada pihak lain melalui simbol-simbol tertentu.
            Selanjutnya, Ruslan (2003:89-90) mengutip pendapat C.E. Osgood (1957) bahwa komunikasi dilakukan di mana saja, merupakan satu sistem, ada sumber, mempengaruhi pihak lain, bertujuan untuk memanipulasi simbol-simbol alternatif, dan dapat ditransmisikan melalui suatu saluran untuk mengontak sasarannya.
            Ruslan (2003:90) juga menuliskan pendapat Gerbner (1967), bahwa komunikasi didefinisikan sebagai interaksi sosial melalui pesan-pesan.
            Kalau ditarik pengertian secara umum dari pendapat para pakar komunikasi tersebut, menurut McQuail & Windahl (1993:5), komunikasi berkaitan erat dengan unsur-unsur seperti pengirim pesan, media saluran, pesan-pesan, penerima, terjadi hubungan antara pengirim dan penerima yang menimbulkan efek tertentu, dan ada rangkaian penyampaian pesan-pesan (Ruslan, 2003:90-91).

II.2 Hambatan Komunikasi
1.     Hambatan dari Proses Komunikasi
·        Hambatan dari pengirim pesan, misalnya pesan yang akan disampaikan belum jelas bagi si pengirim pesan. Hal ini dipengaruhi perasaan atau situasi emosional.
·        Hambatan dalam penyandian/simbol. Hal ini dapat terjadi karena bahasa yang digunakan tidak jelas sehingga mempunyai arti lebih dari satu, simbol yang digunakan pengirim dan penerima tidak sama, atau bahasa yang digunakan terlalu sulit.
·        Hambatan media adalah hambatan yang terjadi dalam penggunaan media komunikasi, misalnya gangguan suara radio dan aliran listrik sehingga tidak dapat mendengarkan pesan.
·        Hambatan dalam bahasa sandi, terjadi dalam menafsirkan sandi oleh penerima.
·        Hambatan dari penerima pesan, misalnya kurangnya perhatian pada saat menerima/mendengarkan pesan, sikap prasangka, tanggapan yang keliru, dan tidak mencari informasi lebih lanjut.
·        Hambatan dalam memberikan tanggapan. Tanggapan yang diberikan tidak menggambarkan apa adanya, tetapi memberikan interpretasi, tidak tepat waktu, atau tidak jelas, dan sebagainya.
2.     Hambatan Fisik
Hambatan fisik dapat mengganggu komunikasi yang efektif, misalnya gangguan cuaca, gangguan alat komunikasi, gangguan kesehatan, dan lain lain.
3.     Hambatan Semantik
Kata-kata yang digunakan dalam komunikasi kadang-kadang mempunyai arti yang berbeda, tidak jelas, atau berbelit-belit antara pemberi pesan dan penerima.
4.     Hambatan Psikologis
Hambatan psikologis dan sosial kadang-kadang mengganggu komunikasi, misalnya perbedaan nilai-nilai serta harapan antara pengirim dan penerima pesan.


II.3 Jenis Komunikasi
            Jenis komunikasi terdiri dari:
1.     Komunikasi verbal dengan kata-kata. Komunikasi verbal mencakup aspek-aspek:
·        Vocabulary (perbendaharaan kata-kata). Komunikasi tidak akan efektif bila pesan disampaikan dengan kata-kata yang tidak dimengerti. Karena itu, olah kata menjadi penting dalam berkomunikasi.
·        Racing (kecepatan). Komunikasi akan lebih efektif  dan sukses bila kecepatan bicara diatur dengan baik, tidak terlalu cepat atau terlalu lambat.
·        Intonasi suara akan mempengaruhi arti pesan sehingga pesan akan menjadi lain artinya bila diucapkan dengan intonasi suara yang berbeda.
·        Humor dapat meningkatkan kehidupan yang bahagia. Tertawa mempunyai hubungan fisik dan psikis, dan humor merupakan satu-satunya selingan dalam berkomunikasi.
·        Singkat dan jelas. Komunikasi akan efektif bila disampaikan secara singkat dan jelas, langsung pada pokok permasalahannya sehingga lebih mudah dimengerti.
·        Timing (waktu yang tepat) perlu diperhatikan karena berkomunikasi akan berarti bila seseorang bersedia untuk berkomunikasi, artinya dapat menyediakan waktu untuk mendengar atau memperhatikan apa yang disampaikan.
2.     Komunikasi nonverbal disebut dengan bahasa tubuh. Komunikasi nonverbal adalah penyampaian pesan tanpa kata-kata. Yang termasuk komunikasi nonverbal:
·        Ekspresi wajah. Wajah merupakan sumber yang kaya dengan komunikasi karena ekspresi wajah mencerminkan suasana emosi seseorang.
·        Kontak mata, merupakan sinyal alamiah untuk berkomunikasi. Dengan mengadakan kontak mata selama berinteraksi, berarti orang tersebut terlibat dan menghargai lawan bicaranya dengan kemauan untuk memperhatikan, bukan sekadar mendengarkan. Kontak mata juga memberikan kesempatan pada orang lain untuk mengobservasi yang lainnya.
·        Sentuhan adalah bentuk komunikasi personal mengingat sentuhan lebih bersifat spontan daripada komunikasi verbal. Beberapa pesan seperti perhatian, dukungan emosional, atau simpati dapat dilakukan melalui sentuhan.
·        Postur tubuh dan gaya berjalan. Cara seseorang berjalan, duduk, berdiri, dan bergerak memperlihatkan ekspresi dirinya. Postur tubuh dan gaya berjalan merefleksikan emosi, konsep diri, dan tingkat kesehatannya.
·        Sound (suara). Rintihan, menarik napas panjang, dan tangisan juga salah satu ungkapan perasaan dan pikiran seseorang yang dapat dijadikan komunikasi.
·        Gerak isyarat dapat mempertegas pembicaraan, seperti mengetuk-ngetukkan kaki atau menggerakkan tangan selama berbicara menunjukkan seseorang dalam keadaan stres, bingung, atau sebagai upaya untuk menghilangkan stres.

            Komunikasi sebagai proses memiliki bentuk:
1.     Bentuk komunikasi berdasarkan ada tidaknya alat:
·        Komunikasi langsung tanpa menggunakan alat. Komunikasi berbentuk kata-kata, gerakan-gerakan yang berarti khusus, dan penggunaan isyarat, misalnya berbicara langsung kepada seseorang di depannya.
·        Komunikasi tidak langsung. Biasanya menggunakan alat dan mekanisme untuk melipatgandakan jumlah penerima pesan (sasaran), atau untuk menghadapi hambatan geografis dan waktu, misalnya menggunakan radio, buku, dll.
2.     Bentuk komunikasi berdasarkan besarnya sasaran:
·        Komunikasi massa, yaitu komunikasi dengan sasaran kelompok orang dalam jumlah besar, umumnya tidak dikenal. Komunikasi massa yang baik harus:
Ø      Pesan disusun dengan jelas, tidak rumit, dan tidak bertele-tele.
Ø      Bahasa yang mudah dimengerti/dipahami.
Ø      Bentuk gambar yang baik.
Ø      Membentuk kelompok khusus, misalnya kelompok pendengar (radio).
·        Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang sasarannya sekelompok orang yang umumnya dapat dihitung dan dikenal, serta merupakan komunikasi langsung dan timbal balik.
·        Komunikasi perorangan adalah komunikasi dengan tatap muka, dapat juga melalui telepon.
3.     Bentuk komunikasi berdasarkan arah pesan:
·        Komunikasi satu arah. Pesan disampaikan oleh sumber kepada sasaran dan sasaran tidak dapat atau tidak mempunyai kesempatan untuk memberikan umpan balik atau bertanya, misalnya radio.
·        Komunikasi timbal balik. Pesan disampaikan kepada sasaran dan sasaran memberikan umpan balik. Biasanya komunikasi kelompok atau perorangan merupakan komunikasi timbal balik.
            Jenis komunikasi menurut Gibson, et.al. (1997:439-440) adalah:
1.      Komunikasi ke bawah (downward communication). Komunikasi ini mengalir dari orang pada jenjang yang lebih tinggi ke jenjang yang lebih rendah. Bentuk yang paling umum adalah instruksi, memo resmi, pernyataan tentang kebijaksanaan perusahaan, prosedur, pedoman kerja, dan pengumuman perusahaan.
2.      Komunikasi ke atas (upward communication). Organisasi yang efektif memerlukan komunikasi ke atas yang sama banyaknya dengan kebutuhan akan komunikasi ke bawah. Komunikator berada dalam jenjang yang lebih rendah dalam organisasi daripada penerima. Komunikasi ke atas yang biasa adalah kotak saran, pertemuan kelompok, prosedur naik banding, atau pengaduan.
3.      Komunikasi horizontal (horizontal communication). Komunikasi ini perlu bagi koordinasi dan integrasi dari beragam fungsi keorganisasian, misalnya antara produksi dan penjualan atau antara departemen dan fakultas dalam universitas.
4.      Komunikasi diagonal (diagonal communication). Walaupun merupakan jalur komunikasi yang paling sedikit digunakan, komunikasi diagonal penting dalam situasi di mana para anggota tidak dapat berkomunikasi secara efektif lewat jalur lain. Misalnya, seorang pengawas keuangan ingin menyusun analisis biaya distribusi. Sebagian mungkin melibatkan tenaga penjualan yang mengirim laporan khusus langsung kepada pengawas keuangan, dan tidak melewati jalur tradisional dalam departemen pemasaran.

II.4 Saluran Komunikasi
            Menurut Alo (2004:51), dalam proses komunikasi, saluran merupakan tempat yang dilalui oleh pesan/simbol yang dikirim. Pesan dapat dikirim secara tertulis melalui surat, telegram, faximile, juga media massa, baik cetak (majalah, surat kabar, buku, dan lain-lain) maupun elektronik (radio, televisi, video, film, dan lain-lain).
            Para ilmuwan psikologi-komunikasi menyepakati dua tipe saluran (Alo, 2004:52):
1.      Sensory channel atau saluran sensoris, yaitu saluran yang memindahkan pesan sehingga akan ditangkap lima indera, yaitu mata, telinga, tangan, hidung, dan lidah. Lima saluran sensoris itu adalah cahaya, bunyi, perabaan, pembauan, dan rasa.
2.      Institutionalized means atau saluran institusional yang biasa digunakan manusia, misalnya percakapan tatap muka, material cetakan, dan media elektronik. Setiap saluran institusional memerlukan dukungan satu atau lebih saluran sensoris untuk memperlancar pertukaran pesan dari pengirim kepada penerima.
            Cangara (2003:131-140) menggolongkan media atau saluran komunikasi menjadi:
1.      Media antarpribadi
Untuk hubungan perorangan, media yang digunakan adalah kurir, surat, dan telepon.
2.      Media kelompok
Dalam aktivitas komunikasi yang melibatkan lebih dari 15 orang, media yang digunakan adalah media kelompok, misalnya rapat, seminar, dan konferensi.
3.      Media publik
Digunakan jika peserta lebih dari 200 orang, misalnya rapat akbar.
4.      Media massa
Digunakan jika peserta tersebar tanpa diketahui di mana mereka berada. Media massa adalah alat untuk menyampaikan pesan dari sumber kepada khalayak dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis, seperti surat kabar, film, radio, dan televisi.

II.5 Pengembangan Keterampilan Komunikasi
            Menurut Gibson, et.al. (1997: 446-451), meningkatkan komunikasi dalam organisasi bisa dilakukan dengan cara:
1.      Mengadakan tindak lanjut (following up)
Teknik ini dilakukan dengan menganggap bahwa manajer tidak dimengerti atau salah dimengerti dan sedapat mungkin manajer berusaha menentukan apakah maksud yang diinginkan itu benar-benar ditangkap.
2.      Mengatur arus informasi (regulating information flow)
Teknik ini meliputi pengaturan komunikasi untuk menjamin arus informasi yang optimal kepada manajer sehingga menyingkirkan hambatan “beban komunikasi yang terlalu berat”. Komunikasi diatur dari segi kualitas dan kuantitasnya.
3.      Memanfaatkan umpan balik (utilizing feedback)
Umpan balik memberi saluran bagi tanggapan penerima yang memungkinkan komunikator untuk menentukan apakah pesannya telah diterima dan apakah menghasilkan tanggapan yang dimaksud.
4.      Penghayatan (empathy)
Empati lebih berorientasi kepada penerima daripada komunikator. Empati mengharuskan komunikator menempatkan diri ke dalam diri penerima dengan maksud untuk mengetahui sebelumnya bagaimana pesan itu akan diterima.
5.      Pengulangan (repetition)
Menggunakan pengulangan atau ungkapan yang berlebih-lebihan di dalam komunikasi (khususnya yang bersifat teknis) menjamin bahwa jika satu bagian dari pesan itu tidak dimengerti, masih ada bagian lain yang membawa pesan yang sama.
6.      Mendorong saling mempercayai (encouraging mutual trust)
Tekanan waktu sering menghilangkan kemungkinan bahwa manajer dapat mengadakan tindak lanjut terhadap komunikasi dan mendorong umpan balik setiap kali mereka berkomunikasi. Dalam keadaan semacam itu, suasana saling mempercayai antara manajer dan bawahan dapat memudahkan komunikasi. Para manajer yang mengembangkan suasana saling mempercayai akan lebih mudah mengadakan tindak lanjut terhadap setiap komunikasi mereka tanpa kehilangan pengertian di antara para bawahan.
7.      Penetapan waktu secara efektif (effective timing)
Komunikasi yang efektif dapat dimudahkan dengan penetapan waktu yang tepat (proper timing) mengenai pengeluaran pengumuman penting.
8.      Menyederhanakan bahasa
Bahasa yang rumit merupakan hambatan utama bagi komunikasi yang efektif. Manajer harus menyandikan pesan-pesan mereka dalam kata-kata, imbauan, dan simbol yang mempunyai arti bagi penerima.
9.      Mendengarkan secara efektif
Untuk meningkatkan komunikasi, manajer harus berusaha untuk tidak hanya dimengerti, tetapi juga untuk mengerti. Ini berarti manajer harus mendengarkan dengan pengertian.
10.  Menggunakan selentingan (using the grapevine)
Selentingan merupakan jalur komunikasi informal yang penting yang terdapat dalam semua organisasi. Karena selentingan itu luwes dan biasanya merupakan komunikasi tatap muka, selentingan dapat menyampaikan informasi secara cepat.